Bercerita mengenai liburan, mengingatkanku pada
liburan dadakan yang ku lakukan bersama teman-temanku. Liburan itu merupakan
liburan kenaikan kelas dimana pada saat itu aku duduk dibangku kelas 11. Awal
mulanya aku bersama teman-temanku telah merencanakan untuk menikmati liburan
tersebut selama empat hari tiga malam. Kami memilih Malang menjadi saksi
kebersamaan kami yang nantinya akan terekam menjadi sebuah kenangan manis sebelum
kami berpisah dikelas 12 nanti. Temanku yang menjadi koordinator kegiatan ini begitu antusias dalam menyiapkan dan menyusun rundown
kegiatan kami selama di Malang nanti. Dua hari berikutnya setelah melaksanakan
UAS kami sepakat berkumpul untuk membahas lebih lanjut liburan kami. Aku
benar-benar tidak sabar menunggu hari itu tiba setelah melihat rundown kegiatan
kami yang bila dibayangkan akan menjadi liburan yang sangat menyenangkan dan
pasti tidak akan pernah bisa kami lupakan.
Satu minggu kemudian, kami mendapat kabar bahwa
pihak sekolah tidak memperkenankan kami untuk melakukan perjalanan liburan diluar
Surabaya, tetapi apabila kami tetap bersikeras keluar kota, sekolah tidak akan
bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu selama liburan. Setelah mengetahui
pengumuman tersebut, beberapa dari teman-temanku terpaksa mundur tidak
menngikuti liburan lantaran tidak mendapatkan ijin dari orangtua mereka apabila
tidak ada wali kelas atau guru pendamping dalam liburan tersebut. Melihat
presentase jumlah yang tidak ikut lebih besar daripada yang tetap ikut, dengan
terpaksa liburan kami dibatalkan karena mengingat biaya yang kami keluarkan jauh
lebih besar bila dibandingkan dengan seluruhnya ikut.
Kekecewaan terlihat jelas dari mata teman-temanku
termasuk aku. Bagaimana tidak, liburan yang sudah kami tunggu-tunggu dan kami
persiapkan harus kandas lantaran tidak mendapatkan ijin. Akhirnya beberapa
teman-temanku memutuskan untuk menghabiskan liburan bersama keluarga mereka
masing-masing. Aku dan sahabatku yang memang dari awal telah mengosongkan waktu
kami untuk liburan bersama teman-teman kelas terpaksa hanya bisa duduk manis
dirumah.
Ketika hari terakhir kami menjalani UAS, aku bersama
para sahabatku telah membuat janji untuk berkumpul di kantin sepualng sekolah.
Selama menunggu makanan pesanan kami datang, kami lebih banyak bercerita
tentang mengenai UAS mata pelajaran fisika yang lumayan susah. Setelah selesai menghabiskan
makanan kami, tiba-tiba salah satu sahabatku bercerita mengenai salah satu
tempat wisata yang baru dibuka dan lagi hits, melihat instagram dipenuhi dengan
banyak orang yang meng-upload foto mereka di tempat wisata yang bernama Museum Angkut
itu. Melihat begitu menariknya tempat tersebut dan cocok bagi kami yang suka
selfie, kami sepakat hari berikutnya untuk berlibur sehari ke Museum Angkut. Kemudian
salah satu sahabatku langsung menghubungi travel untuk memesan elf.
Keesokan harinya, kami
berkumpul didepan sekolah untuk menunggu elf yang nantinya akan mengantarkan
kami menuju Museum Angkut. Sebenarnya jumlah kami ada sebelas orang namun, karena
tiga dari teman kami yang bangun kesiangan terpaksa kami berangkat hanya
berdelapan. Selama diperjalanan, kami berselfie ria dan menikmati perjalanan
kami sambil bernyanyi bersama. Setelah sampai di Museum Angkut, ternyata kami
datang terlalu pagi dan baru dibuka dua jam berikutnya. Aku dan teman-temanku
bingung karena liburan dadakan yang kami lakukan hanya untuk ke Museum Angkut,
kami tidak memiliki rencana lain untuk berwisata di tempat lain. Melihat kami yang
kebingungan, Pak Budi selaku sopir elf, mengusulkan kami untuk pergi ke salah
satu rumah makan untuk makan dan beristirahat sejenak sebelum menuju Museum
Angkut, karena menurut cerita Pak Budi kita tidak diperbolehkan membawa makanan
ke dalam Museum Angkut dan kita akan berjalan lumayan jauh untuk bisa menikmati
semua landmark buatan tersebut. Setelah sampai dirumah makan terdekat, kami segera
memilih menu makanan karena perut kami yang sudah meminta untuk segera diisi.
Setelah selesai makan, kami berembuk untuk memikirkan tempat yang akan kami tuju
setelah dari Museum Angkut nanti. Akhirnya kami sepakat untuk ke Alun-Alun Kota
Batu karena kami berencana akan membeli susu yang terkenal didekat alun-alun
tersebut selain itu letaknya yang dekat dengan Masjid memudahkan kami untuk
menunaikan sholat Ashar nanti.
Dua jam berikutnya kami
menuju kembali ke lokasi Museum Angkut dan segera mengantre karena tempat
tersebut sudah dipadati pengunjung dari berbagai daerah. Didalam Museum Angkut
ini ternyata terdapat enam zona diantaranya ialah Zona Edukasi dimana kita akan
mendapatkan informasi mengenai sejarah perkembangan transportasi, kemudian Zona
Sunda Kelapa dan Batavia yang menyajikan replika Pelabuhan Sunda Kelapa lengkap
dengan miniatur kapal yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya, Lalu terdapat
Zona Jepang, Zona Uni Eropa,dan Zona
Hollywood dimana disajikan landmark yang terkenal dan ciri khas dari setiap
wilayah tersebut , serta Zona Gangster dan Broadway yang akan mengajak kita
masuk ke dalam dunia gangster dan broadway yang hits ditahun 1970an. Zona
Edukasi merupakan zona yang pertama kali kita temui ketika baru memasuki Museum
Angkut dan menjadi awal dari rute yang akan kita lewati. Selama didalam Museum
Angkut, kami menghabiskan waktu selama dua jam untuk berfoto disetiap landmark
buatan yang begitu menarik ini. Zona yang paling aku sukai ialah ketika berada
di Zona Gangster dan Broadway terutama di bagian zebracross. Hampir semua orang
selalu meng-upload foto mereka melalui akun instagram mereka saat berada di
Zona Gangster dan Broadway ini. Singkat cerita setelah kami puas mengunjungi
Museum Angkut, kami bergegas menuju Alun-Alun kota Batu dan melaksanakan sholat
Ashar di Masjid terdekat, setelah selesai sholat kami menuju ke toko susu dan
membeli beberapa susu untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Setelah setengah
jam menikmati pemandangan di Alun-Alun yang semakin malam semakin ramai itu,
kami pun memutuskan untuk mengakhiri liburan di Malang dan segera menuju ke
Surabaya. Dipertengahan perjalanan, kami berhenti sejenak di warung penyetan
yang terletak dipinggir jalan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Kami
begitu terkejut ketika menanyakan harga semua makanan yang telah kita makan, bagaimana
tidak harga makanan kami dua kali lipat dari harga makanan tersebut di
Surabaya. Namun kami menyadari bahwa itu juga merupakan kesalahan kami yang
tidak bertanya terlebih dahulu mengenai harga makanan tersebut. Akhirnya setelah
kami menyelesaikan pembayaran tersebut, kami melanjutkan kembali perjalanan
kami ke Surabaya. Sekitar pukul 21.00 wib kami telah sampai di Sekolah kami dan
tak kuduga ternyata ayahku bersama orang tua sahabatku lainnya telah menunggu
kami.
Begitulah cerita liburan
dadakan yang kulakukan bersama teman-temanku, dimana itu merupakan pengalaman
pertamaku liburan bersama teman-teman tanpa didampingi orang tua maupun pihak
sekolah. Meskipun liburan ini hanya sehari dan tidak terkodinir, kami merasa puas
karena semua berjalan dengan lancar tanpa ada kendala sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar